Model Bisnis Open Source

Model bisnis open source sangat berbeda dengan bisnis barang konvensional yang biasa terjadi di masyarakat. Dalam bisnis konvensional di masyarakat, pembeli akan membayar sesuai dengan nilai barang yang dijual. Di dunia perangkat lunak proprietary, nilai barang merupakan harga lisensi perangkat lunak.

Karena perangkat lunak open source bebas digunakan dan tidak menjual harga lisensi perangkat lunak, maka salah satu model bisnisnya adalah dengan memberi dukungan secara komersil kepada pengguna. Ada banyak model bisnis open source yang dikenal di dunia saat ini. Beberapa model di antaranya ada yang cocok diimplementasikan di Indonesia. Ada yang bisa langsung diterapkan, ada pula yang perlu disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

Apa saja dapat terjadi di dunia open source. Jika merasa kurang cocok dengan model bisnis yang sudah ada, anda pun dapat menciptakan model bisnis baru. Banyak juga perusahaan open source yang mengombinasikan beberapa model bisnis agar mendapat lebih banyak keuntungan dan lebih memuaskan pelanggannya.

Use Value Funding Models

Fakta kunci adanya perbedaan nilai jual dan nilai guna memperjelas bahwa hanya nilai jual yang terancam oleh perpindahan dari propietary menuju open source. Tidak demikian dengan nilai guna.

Bila nilai guna merupakan faktor pendorong utama dalam pembuatan software daripada nilai jual, maka pengembangan software secara open source jelas jauh lebih efektif dan efisien daripada pengembangan secara tertutup. Selanjutnya, kita berharap bisa menemukan keadaan yang menunjukkan bahwa proyek pengembangan open source bisa memperoleh dana yang memadai hanya karena nilai gunanya saja.

Faktanya, tidak terlalu sulit untuk mengidentifikasi setidaknya dua model penting yang menunjukkan bahwa gaji seorang full-time developer untuk suatu proyek open source bisa didapatkan dari nilai guna saja.